toxic parenting adalah pola pengasuhan yang harus dihindari karena dapat mempengaruhi perilaku dan psikologis anak di masa depan kelak. Apa saja ciri-cirinya?
Cara mendidik orang tua akan sangat
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anak di masa depan. Faktanya masih
banyak sekali anak tumbuh di lingkungan keluarga yang meracuni fisik dan psikis
anak. Sehingga sudah sepantasnya untuk menghindari toxic parenting agar anak tumbuh dengan baik dan bahagia.
Pengertian Toxic Parenting
Lingkungan keluarga yang semena-mena, kasar,
hingga meracuni mental dan psikis anak tentu akan sangat berbahaya bagi tumbuh
kembang si kecil. Pengertian toxic parenting sendiri adalah pola pengasuhan yang tanpa
sadar dilakukan oleh orang tua hingga melukai psikologis anak.
Pola pengasuhan toxic parenting pada umumnya berkaitan dengan sikap orang tua yang
tidak dewasa, kasar, atau mengalami gangguan mental. Orang tua seperti ini bisa
jadi dulunya juga mengalami pola pengasuhan yang salah dari orang tuanya.
Orang tua yang melakukan toxic parenting disebut sebagai toxic
parent. Kata “toxic” berasal dari
bahasa Inggris yang artinya adalah racun. Itu artinya menerapkan pola
pengasuhan toxic adalah dengan
melakukan tindakan tertentu yang membebani fisik maupun psikologis anak hanya
untuk keinginan pribadi.
Ciri-ciri Toxic Parenting
Sebagai orang tua yang tumbuh di era milenial,
tentu sudah seharusnya belajar bagaimana cara parenting yang benar tanpa mengakibatkan luka. Karena luka yang
terjadi di masa kecil bisa menyebabkan rasa sakit inner child mereka terbawa hingga dewasa. Berikut ini beberapa ciri toxic parenting, di antaranya:
- Ekspektasi
Berlebihan
Ciri toxic
parenting yang pertama biasanya berawal karena adanya ekspektasi berlebihan
dari orang tua terhadap masa depan dan kehidupan anak kelak. Contohnya, anak
sebenarnya memiliki minat di bidang seni, namun orang tua menyetir anak agar
menjadi seperti yang mereka inginkan.
Akhirnya mimpi sang anak pun menjadi buyar
karena tidak mendapat dukungan dari orang tua. Secara diam-diam ekspektasi
orang tua hingga menyetir masa depan anak ini bisa melukai psikologis mereka.
Meskipun sejatinya orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk
anak-anaknya.
Orang tua yang bijak tentu harus memikirkan
posisi anak apakah apa yang mereka inginkan dapat menjadi racun dan membebani
mereka atau tidak. Pola parenting
seperti ini biasanya banyak terjadi pada pola konvensional. Maka sudah menjadi
tugas milenial untuk memutus rantai pola pengasuhan seperti ini.
- Membicarakan
Hal Buruk di Depan Anak
Orang tua yang toxic tak segan untuk membahas dan membicarakan keburukan anak di
depannya. Alhasil anak pun akan menjadi kehilangan rasa percaya diri dan
semakin rendah diri karena khawatir orang tuanya akan mempermalukan dirinya.
Meskipun anak memiliki kekurangan, keburukan,
dan kejelekan, tidak seharusnya sebagai orang tua membicarakan hal tersebut
kepada orang lain. Apalagi ketika membicarakan keburukan tersebut sang anak
berada di sekitar dan mendengarnya. Maka anak pun akan tumbuh menjadi orang
yang pemalu dan tidak percaya diri.
- Sering
Membentak Anak
Orang tua seringkali kelepasan membentak anak
saat sedang marah. Bahkan sebagian orang tua menjadikan “membentak” sebagai
alasan agar anak bisa nurut dan disiplin. Faktanya, cara tersebut justru salah
jika terus-menerus orang tua lakukan. Karena anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang pemarah dan kasar.
Anak yang sering mendengar kemarahan dan bentakan
dari orang tuanya justru akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah berontak.
Sehingga salah jika ada yang berpikir bahwa membentak anak akan membuat mereka
disiplin. Di masa depan, bentakan dan kata-kata kasar dari orang tua justru
akan menjadi racun.
- Memiliki
Sifat Egois
Orang tua yang toxic biasanya memiliki egoisme tinggi terhadap anaknya dan sering
mengukur sesuatu dengan perasaannya sendiri. Padahal perasaan sang anak juga
penting untuk orang tua pikirkan. Orang tua toxic
seringkali hanya mengasihani diri sendiri seolah-olah perilaku anaknya
membuatnya menjadi menderita.
Faktanya belum tentu anak membangkang karena
sikap dan wataknya, bisa jadi ia hanya tidak mampu mengungkapkan perasaan dan
keinginannya. Selain itu, jangan sampai menjadi orang tua yang pamrih dengan
mengungkit-ungkit biaya yang pernah dikeluarkan untuk membiayai anak.
Toxic parenting kini
sudah bukan zamannya. Mendidik anak tentu tidak hanya dari lingkungan keluarga
saja, memilih sekolah yang tepat juga menjadi salah satu upaya untuk memberikan
pendidikan terbaik. Di SD Muhammadiyah Sang Pencerah Metro, anak akan
mendapatkan pendidikan terbaik berlandaskan ajaran Islam.